Maulida Rahmatil U
∙30 January 2025
Boneka Labubu adalah sebuah karakter yang diciptakan oleh Kasing Lung sejak tahun 2015, dan kembali populer di tahun 2024. Pada bulan april 2024, boneka Labubu telah menjadi sensasi global berkat peran penting Lisa BLACKPINK.
Sebagai salah satu anggota grup K-pop terbesar di dunia, Lisa membawa boneka Laububu dari produk niche ke tren dunia dan mendominasi pasar koleksi.
Dalam artikel ini, kita akan mengupas bagaimana Lisa sebagai Key Opinion Leader (KOL) berperan penting dalam memasarkannya, serta bagaimana fenomena ini melibatkan influencer lain dengan strategi pemasaran berbasis komunitas dan media sosial.
Terinspirasi oleh dongeng Nordik, Boneka Labubu merupakan bagian dari lini “The Monsters” dengan desain ikonik boneka ini menjadi buruan kolektor sejak dirilis oleh POP MART. Labubu tidak hanya terkenal karena desainnya, tetapi juga karena pendekatan kelangkaan (scarcity) yang diterapkan oleh POP MART, di mana produk ini hanya dirilis dalam jumlah terbatas. Faktor ini membuat boneka Labubu menjadi simbol eksklusivitas yang sangat diminati.
Sebagai salah satu Ikon Pop Dunia, Lisa BLACKPINK memiliki pengaruh besar dalam menciptakan tren. Ketika Lisa memposting foto dirinya dengan Labubu di akun Instagram-nya, dampaknya langsung terasa di komunitas penggemarnya, BLINK.
Unggahan ini tidak hanya menciptakan viralitas, tetapi juga meningkatkan penjualan Labubu di toko-toko POP MART hingga berhasil habis terjual dalam hitungan jam.
Bukan hanya sebagai produk koleksi tetapi Lisa juga berhasil membuat Labubu menjadi koleksi eksklusivitas maupun koneksi emosional ia dengan penggemarnya karena BLINK (penggemar blackpink) melihat Labubu sebagai cara untuk mendekatkan diri dengan idola mereka, meningkatkan desirabilitas boneka ini sebagai simbol status dan komunitas.
Source: ussfeeds Instagram dan fxpopup Instagram
Salah satu kunci sukses Labubu adalah penerapan strategi Fear of Missing Out (FOMO). POP MART secara aktif menciptakan kelangkaan dengan membatasi jumlah produksi untuk setiap edisi Labubu dan menciptakan urgensi di kalangan kolektor untuk segera membeli sebelum produk habis.
Hal ini memicu tren di seluruh Asia Tenggara, dengan banyak penggemar yang berusaha keras untuk mendapatkan boneka tersebut. Diambil dari artikel Brilio, harga boneka Labubu di Indonesia beragam, dari Rp250 ribu hingga Rp1,5 juta, tergantung edisi dan kelangkaannya.
Strategi pemasaran FOMO (fear of missing out) berbasis eksklusivitas dan kelangkaan berhasil mendorong permintaan koleksi ini di berbagai wilayah.
Hal ini mencerminkan bagaimana seni, budaya pop, dan tren konsumen dapat menciptakan popularitas untuk produk tertentu.
Pengalaman pembelian Labubu juga diperkuat oleh teknik pemasaran storytelling. Labubu tidak hanya dijual sebagai produk mainan tetapi juga sebagai bagian dari narasi "The Monsters," dunia fantasi yang diciptakan oleh Kasing Lung.
Setiap edisi Labubu memiliki cerita dan tema unik, seperti "Labubu Adventure Series" atau "Christmas Special," yang menambah nilai emosional bagi konsumen.
Storytelling ini memperkuat ikatan antara produk dan pembeli, membuat mereka merasa menjadi bagian dari komunitas eksklusif.
Tidak hanya Lisa, influencer lain juga ikut mendukung tren ini melalui konten kreatif di media sosial yang juga mempengaruhi popularitas dan penjualan boneka Labubu. Seperti:
Source: ivanameylanda Tiktok dan tiffanyhuang Tiktok
Source: Riaricis Youtube Channel
Keberhasilan boneka Labubu menjadi tren dunia adalah hasil dari kombinasi antara celebrity endorsement, strategi FOMO, storytelling yang kuat, dan keterlibatan komunitas digital. Lisa BLACKPINK, dengan daya tarik mendunianya, tidak hanya membawa labubu ke pasar global tetapi juga menjadikannya simbol gaya hidup modern.
Dengan strategi yang tepat, fenomena ini memberikan pelajaran berharga bagi brand lain untuk menciptakan tren serupa dan meraih kesuksesan di era digital.
Baca juga koleksi artikel lain di sini
bagikan
ARTIKEL TERKAIT
Hi!👋
Kamu bisa menghubungi kami via WhatsApp