Bella Zefanya
∙11 September 2025
Pernahkah kamu menonton iklan yang membuatmu menangis, bukan karena haru akan diskon besar, tapi karena kisahnya menyentuh hati? Di tengah lautan konten yang berlomba menjadi viral, film pendek (Youtube webseries) SORE: Istri dari Masa Depan hadir sebagai angin segar—sebuah pendekatan marketing yang tidak terasa seperti marketing. Film ini berhasil membuktikan bahwa strategi trend jacking tidak selalu harus hingar-bingar dan memaksa. Justru sebaliknya, yang paling halus bisa jadi yang paling berdampak.
Trend jacking adalah teknik memanfaatkan tren yang sedang naik daun untuk meningkatkan eksposur brand. Ibarat ikut menari di tengah keramaian yang sedang ramai-ramainya, tujuannya adalah agar brand bisa ikut dilirik tanpa harus berteriak paling kencang. Tapi seperti menari, tidak semua brand punya langkah yang selaras. Banyak brand justru terlihat kaku, tidak nyambung, atau bahkan kehilangan jati diri saat mencoba mengikuti trend jacking.
Itulah kenapa pendekatan seperti film SORE menjadi contoh ideal untuk memahami trend jacking. Ia tidak hanya ikut arus tren, tapi mengolahnya menjadi sesuatu yang autentik, menyentuh, dan membekas.
Film pendek (Youtube webseries) berdurasi sekitar 12 menit ini disutradarai oleh Yandy Laurens, sosok yang dikenal lewat karya-karyanya yang sarat emosi dan dekat dengan kehidupan sehari-hari. SORE bercerita tentang seorang pria yang bertemu dengan wanita yang mengaku sebagai istrinya dari masa depan. Dari situ, cerita bergulir menjadi refleksi tentang waktu, kehilangan, dan rasa syukur.
Sumber: BeautyHaul
Tanpa efek visual berlebihan, tanpa bintang besar, film ini menyihir jutaan penonton lewat kekuatan cerita. Dan di balik cerita itu, terselip produk dari sebuah brand makanan dan minuman sehat. Namun anehnya, tak satupun penonton merasa sedang “dibohongi” atau dimanipulasi.
Salah satu kekuatan utama film SORE terletak pada kemampuan mengangkat emosi. Cerita yang sederhana namun menyentuh hati ini membangun koneksi yang dalam dengan audiens. Ketika penonton menangis, tersenyum, atau bahkan merenung setelah menontonnya, mereka tidak hanya ingat cerita, mereka ingat rasa yang ditinggalkan.
Inilah esensi dari human-centered marketing yaitu menjadikan brand sebagai bagian dari kehidupan manusia, bukan sekadar entitas yang menjual produk. Trend jacking film SORE tidak pernah bilang “beli produk kami”tapi ia membuat penonton merasakan “kami paham kamu”.
Penempatan produk dalam film SORE bisa dibilang sangat strategis, tapi tidak mencolok. Produk hanya muncul sebagai bagian dari kehidupan tokoh, bukan sebagai elemen utama. Ini menciptakan pengalaman menonton yang utuh, tanpa interupsi. Ibarat tamu di acara pernikahan, brand hadir tanpa mencuri perhatian pengantin. Justru karena tidak mencolok, kehadirannya terasa lebih natural dan diterima.
Grab: Lewat kampanye “Kisah Pulang Kampung” menjelang Lebaran, mereka tak hanya mempromosikan layanan transportasi, tapi juga memicu nostalgia dan haru. Gojek: Mini-series “Cerita Ojol” mengangkat kisah nyata para driver yang berjuang demi keluarga. Di sini, brand menjadi jembatan antara cerita dan solusi nyata. Indomie: Dengan memanfaatkan tren nostalgia 90-an dan gaya konten meme, mereka tetap relevan di tengah gempuran Gen Z. Kesamaan dari semua contoh di atas? Mereka tidak kehilangan identitas brand saat ikut trend jacking. Mereka tetap menjadi diri sendiri, hanya saja dengan cara yang lebih kekinian.
Trend jacking seharusnya bukan taktik jangka pendek. Kalau hanya mengejar viral sesaat, brand mudah tenggelam ketika tren usai. Tapi ketika strategi dikemas dengan storytelling yang kuat dan relevan, dampaknya bisa bertahan bertahun-tahun. Film SORE adalah buktinya, bukan hanya membawa awareness bagi brand, tapi juga menciptakan afeksi dan asosiasi emosional yang sulit dilupakan.
Di dunia digital marketing yang makin bising, kadang strategi paling mengena bukanlah yang paling nyaring—tapi yang paling tulus. Esensi trend jacking dari film SORE memberi pelajaran bahwa sebuah cerita yang diceritakan dengan hati bisa menjadi alat pemasaran yang sangat kuat. Buat kamu para marketer, selalu ingat kalau audiens bukan hanya ingin tahu apa yang kamu jual, tapi kenapa mereka harus peduli. Mulailah bercerita, karena kisah yang menyentuh akan tinggal lebih lama di hati audiens. Pada akhirnya, manusia akan selalu mengingat perasaan, bukan penawaran.
Baca juga “Bingung Mulai Dari Mana? Ini Cara Cepat Belajar Digital Marketing untuk Pemula”
bagikan
ARTIKEL TERKAIT