purwadhika-logoPurwadhika Logo
hamburger-menu

Tren AI dan Studio Ghibli: Ancaman atau Peluang Bagi Seniman?

Nurul Putri

15 April 2025

Ghibli_41819e6c23.jpg

Teknologi Artificial Intelligence (AI) terbaru dari GPT-4o dalam pembuatan gambar animasi yang meniru ilustrasi khas Studio Ghibli akhir-akhir ini telah menimbulkan kontroversi di internet. Banyak pihak memandang hal ini sebagai tindakan yang dianggap meremehkan seni yang telah dikembangkan selama bertahun-tahun dan bahkan dinilai sebagai bentuk plagiarisme.

Terutama di kalangan para seniman dan pekerja kreatif. Hal ini juga mencerminkan bagaimana AI dapat membuat tiruan dari hasil karya hak cipta manusia dalam hitungan detik. Lalu, bagaimana nasib para seniman kedepannya? Apakah AI sepenuhnya bisa menggantikan mereka? Yuk, kita bahas lebih lanjut!

Screen Shot 2025-04-15 at 10.57.22.png

Source: Film animasi Studio Ghibli, 'My Neighbor Totoro' (1988)

Kontroversi AI dalam Meniru Gaya Studio Ghibli

Screen Shot 2025-04-15 at 10.58.19.png OpenAI didukung oleh teknologi terbaru GPT-4o yang dirilis pada hari Selasa, 25 Maret 2025, menghadirkan beberapa update yang signifikan. Seperti kemampuan untuk memahami instruksi yang lebih rinci dan rumit yang memungkinkan pengguna mengubah foto menjadi ilustrasi ala Studio Ghibli. Banyak pengguna internet yang antusias dengan kehadiran GPT-4o untuk menghasilkan gambar animasi dengan gaya khas Ghibli, lalu mengunggahnya di media sosial seperti Instagram dan TikTok. Dengan hanya menuliskan prompt seperti "Ubah stylenya seperti ghibli studio", AI akan mengubah foto para pengguna dengan gambar yang menyerupai gaya animasi dalam film-film ikonik seperti ‘Spirited Away’ atau ‘My Neighbor Totoro’ karya Studio Ghibli.

Selain itu, mereka juga bereksperimen dengan berbagai gaya animasi, seperti South Park, Rick and Morty, dan The Simpsons. Namun, gaya Ghibli justru paling diminati dan viral di media sosial, seperti X (Twitter). Film Studio Ghibli terkenal dengan adegannya yang bernuansa tenang dan cozy. Hal ini membuat Studio Ghibli dikenal sebagai studio animasi yang menghadirkan suasana nyaman dan menenangkan. Tak hanya itu, banyak karakter dan latar belakang yang digambar dengan detail secara manual alias menggunakan tangan. Hal-hal inilah yang membuat Ghibli mempunyai banyak penggemar.

Namun, kehadiran fitur ini memicu perdebatan mengenai etika dan hak cipta dalam penggunaan AI untuk meniru gaya seni tertentu. Beberapa kritikus berpendapat bahwa penggunaan AI untuk meniru gaya sebuah seni dapat merendahkan nilai dan usaha para seniman yang telah menciptakan karya orisinil (Shellman, 2025). Tak sedikit penggemar Ghibli dan pengguna internet merasa terkejut dengan kehadiran tren ini. Beberapa dari mereka berpendapat bahwa tren ini tidak menghormati usaha para seniman dan nilai seni yang menjadi ciri khas Studio Ghibli. Salah satu contohnya, akun pekerja kreatif, @shilstone_arts, menulis di platform X tentang kekecewaannya melihat kerja keras Miyazaki (animator Ghibli) yang dicuri oleh pengguna internet yang mengikuti tren ini.

Screen Shot 2025-04-15 at 11.01.00.png

Source: X.com

Screen Shot 2025-04-15 at 11.01.39.png

Source: X.com

Pandangan Pendiri Studio Ghibli terhadap AI dalam Seni

Sebelum AI generatif menjadi tren di internet, Hayao Miyazaki, salah satu pendiri Studio Ghibli, pernah melihat sebuah animasi buatan AI dan langsung mengkritiknya dengan tegas. Ia mengatakan, "Saya merasa ini adalah penghinaan terhadap kehidupan itu sendiri" serta "Saya tidak pernah ingin menggunakan teknologi ini dalam karya saya." Miyazaki juga menegaskan bahwa sentuhan manusia dalam seni adalah sesuatu yang tidak akan pernah tergantikan oleh mesin buatan. Ketika para programmer menjelaskan bahwa tujuan mereka adalah menciptakan mesin yang bisa menggambar seperti manusia, Miyazaki hanya terdiam. Setelah beberapa saat, ia berkomentar, "Aku merasa seperti kita sedang menuju akhir zaman. Manusia perlahan kehilangan kepercayaan pada dirinya sendiri."

Keresahan AI dalam Seni

Kemajuan teknologi di era digital tidak bisa dihindari. Salah satunya adalah perkembangan AI generatif yang telah membawa perubahan besar dalam dunia seni dan kreativitas. Kehadiran GPT-4o dan Midjourney memungkinkan pembuatan gambar hanya dari deskripsi teks dalam hitungan detik. Teknologi ini membuka peluang bagi seniman untuk mengeksplorasi ide dan gaya visual yang mungkin sulit dicapai dengan teknik konvensional. Dengan AI, seniman memiliki alat baru untuk menciptakan karya seni yang unik dan kompleks.

Namun, beberapa seniman khawatir bahwa ketergantungan berlebihan pada AI dapat menghilangkan praktik tradisional seni dan mengurangi nilai otentisitas karya mereka. Selain itu, isu hak cipta menjadi fokus keresahan utama, karena banyak model AI dilatih menggunakan karya seni yang ada tanpa izin langsung dari seniman aslinya (Qonita, 2023). Hal ini terlihat dalam tren AI yang menghasilkan ilustrasi bergaya Studio Ghibli. Kasus ini menimbulkan perdebatan mengenai apakah AI bisa menjadi ancaman untuk seniman, atau malah dapat menjadi sebuah peluang.

AI: Ancaman atau Peluang Bagi Seniman?

Tren AI dalam Studio Ghibli tentunya memicu diskusi dan perdebatan di dunia internet. Di sisi lain, beberapa seniman melihat AI bukan sebagai ancaman, tetapi sebagai alat kolaboratif yang dapat memperluas batas kreativitas manusia. Mereka berpendapat bahwa AI dapat menjadi alat kreatif yang membuka peluang baru dalam seni digital. Dengan memahami kemampuan dan keterbatasan AI, seniman dapat memanfaatkannya untuk menciptakan karya yang inovatif. Hal ini juga disampaikan oleh Utkarsh Upadhyay, seorang profesional di bidang kreatif, ia menilai bahwa AI bisa membantu meringankan beban para seniman asal digunakan dengan bijak (Upadhyay, 2025).

Misalnya, banyak pekerjaan repetitif dalam pembuatan animasi, seperti menggambar manual, membuat sketsa latar belakang, mewarnai, dan finishing untuk menyempurnakan detail. Proses ini bisa memakan waktu berjam-jam, bahkan berhari-hari. Namun, bagaimana jika AI dapat membantu menangani tahap awal dari proses ini sehingga seniman bisa lebih fokus pada aspek kreatif dan teknis lainnya?

Jika melihat perkembangan di bidang arsitektur, dulu para arsitek harus menggambar desain bangunan secara manual yang membutuhkan banyak waktu dan tenaga. Lalu, kehadiran AI pada software AutoCAD bisa mempermudah proses ini. Sehingga arsitek bisa bekerja lebih cepat tanpa harus menggambar ulang dari awal. Hasilnya, produktivitas meningkat, desain menjadi lebih akurat, dan dapat memotong biaya. Menariknya, AI tidak menggantikan peran arsitek, tetapi justru membantu mereka untuk bekerja lebih efisien dan menciptakan karya yang lebih inovatif. Jika diterapkan dengan bijak, AI dalam industri seni digital juga bisa berfungsi dengan cara yang sama dengan mempermudah proses tanpa menghilangkan esensi kreativitas manusia.

Dengan begitu, teknologi ini justru dapat membebaskan seniman atau pekerja kreatif dari pekerjaan yang monoton. Selain itu juga memberi mereka lebih banyak ruang untuk bereksplorasi secara artistik dengan penggunaan yang tepat dan bijak. Namun, penting untuk tetap mempertimbangkan implikasi etis dan hukum dalam penggunaannya.


bagikan


wa-button