purwadhika-logo
hamburger-menu

Banyak yang Gagal Belajar Digital Marketing karena Ini – Apakah Kamu Juga?

Purwadhika

23 June 2025

belajar digital marketing

Pentingnya Digital Marketing di Era Digital

Di era serba digital saat ini, digital marketing telah menjadi elemen krusial bagi bisnis maupun individu. Jumlah pengguna internet yang masif menjadi alasannya – di Indonesia saja, tercatat lebih dari 221 juta pengguna internet (penetrasi ~79% populasi).

Dengan audiens sebesar itu daring setiap hari, kanal digital menawarkan jangkauan dan potensi yang tak bisa diabaikan. Secara global pun tren serupa terlihat: belanja iklan digital kini mencapai lebih dari 75% dari total belanja iklan di seluruh dunia. Artinya, mayoritas aktivitas pemasaran kini beralih ke ranah online.

Tidak heran jika permintaan akan ahli digital marketing terus melonjak. Perusahaan berlomba memanfaatkan platform online – dari media sosial, SEO, hingga iklan digital – untuk menjangkau pelanggan. Profesi digital marketer menjadi sangat dibutuhkan karena merekalah yang mampu merancang strategi agar bisnis tampil menonjol di tengah hiruk-pikuk dunia maya.

Namun, terlepas dari peluang karier yang menjanjikan, proses belajar digital marketing tidak selalu mudah. Faktanya, terdapat kesenjangan keterampilan digital yang cukup lebar di industri: lebih dari 60% perusahaan di Indonesia mengaku mengalami kekurangan tenaga kerja dengan skill digital yang mumpuni di tim mereka.

Banyak orang mencoba mempelajari digital marketing secara otodidak, tapi gagal mencapai pemahaman dan keahlian yang memadai. Apakah kamu salah satunya? Jangan khawatir – kamu tidak sendiri. Berikut kita bahas mengapa hal ini sering terjadi.

Kenapa Banyak yang Gagal Belajar Digital Marketing?

Belajar digital marketing ibarat sebuah perjalanan. Sayangnya, di perjalanan ini banyak pemula tersandung oleh kesalahan-kesalahan umum yang menghambat perkembangan mereka. Inilah beberapa penyebab banyak orang gagal menguasai digital marketing, beserta penjelasannya:

  1. Tidak Memahami Dasar Pemasaran – Salah satu kesalahan terbesar adalah langsung terjun ke taktik digital (misalnya beriklan di Facebook atau merancang konten viral) tanpa memahami fundamental pemasaran dan bisnis.

Perlu diingat bahwa digital marketing berakar pada prinsip marketing klasik: memahami target pasar, nilai produk, perilaku konsumen, dan strategi branding. Jika melewatkan fondasi ini, strategi digital mudah rapuh dan berumur pendek. Bahkan, sebuah studi global menemukan mayoritas profesional pemasaran gagal mencapai kompetensi digital marketing tingkat dasar. Di Amerika Serikat, 51% marketer merasa percaya diri dengan skill digitalnya, namun tes menunjukkan hanya 8% yang benar-benar memiliki kemampuan dasar yang memadai.

Data ini menggambarkan betapa banyak orang yang “merasa sudah bisa” padahal pondasi ilmunya belum kuat. Solusinya, jangan abaikan dasar: pelajari konsep pemasaran tradisional terlebih dahulu sebelum merambah ke kanal digital spesifik.

  1. Belajar dari Sumber yang Tidak Kredibel atau Tanpa Struktur – Era internet membuka akses ke seabrek informasi, tapi tidak semua sumber belajar itu akurat dan terkini. Banyak orang belajar digital marketing secara acak dari blog atau video online yang belum tentu kredibel.

Akibatnya, bisa saja yang dipelajari adalah konsep keliru atau teknik usang. Belajar tanpa kurikulum terstruktur juga membuat pemahaman meloncat-loncat dan ada topik penting yang terlewat. Kesalahan ini membuat proses belajar tidak efisien – sudah menyita waktu, tapi hasilnya minim.

Agar tidak tersesat, rencanakan jalur belajar yang terarah. Prioritaskan sumber resmi, buku, atau kursus yang kurikulumnya jelas tahap demi tahap. Idealnya, ikuti program pelatihan dengan kurikulum update yang memastikan kamu mempelajari hal-hal penting secara berurutan. Dengan pendekatan terstruktur, progres belajar akan lebih terukur dan komprehensif.

  1. Mengabaikan Data dan Analitik – Salah satu keunggulan digital marketing adalah semua hasil bisa diukur secara real-time – mulai dari berapa orang yang melihat iklan, klik tautan, hingga konversi penjualan. Sayangnya, banyak pemula terlalu fokus pada membuat konten kreatif atau meningkatkan jumlah followers, tetapi lupa memasang tools analitik dan membaca data performa.

Padahal, tanpa analisis data, kamu tak tahu apa yang berhasil dan apa yang tidak. Mengabaikan metrics seperti traffic, engagement, click-through rate, atau ROI termasuk kesalahan fatal. Belajar digital marketing seharusnya selalu data-driven: biasakan diri menggunakan alat analitik (misalnya Google Analytics, Facebook Insights, dll.) dan memahami laporan yang dihasilkannya.

Dengan demikian, setiap keputusan marketing yang kamu ambil berdasar pada insight, bukan asumsi. Marketer yang menguasai analitik akan mampu terus meningkatkan strateginya secara objektif.

  1. Hanya Teori, Tanpa Praktik – Digital marketing adalah disiplin ilmu terapan; kamu tidak akan mahir hanya dengan membaca atau menonton teori. Banyak orang merasa sudah “belajar” banyak (misalnya selesai mengikuti kursus online atau membaca ebook), tapi tak pernah mempraktikkannya. Akibatnya, ilmu tersebut mudah lupa dan tidak menghasilkan skill nyata. Ingat, memahami konsep berbeda dengan mampu mengimplementasikan. Kesalahan ini umum terjadi karena praktik memang terasa menantang dan berisiko gagal. Namun, justru dari praktek langsung kamu bisa mendapat insight berharga. Solusinya, segera terapkan apa yang dipelajari dalam proyek nyata.

Mulailah dari skala kecil: misalnya buat kampanye pemasaran untuk produk fiktif, kelola akun media sosial UKM teman, atau eksperimen dengan blog pribadi untuk SEO. Dengan praktek, kamu akan belajar menghadapi tantangan dunia nyata – sekaligus membangun portfolio yang kelak berguna saat mencari kerja. Belajar dari kesalahan dan keberhasilan nyata jauh lebih efektif daripada sebatas teori.

  1. Tidak Punya Rencana dan Tujuan Jelas – Kegagalan belajar juga sering disebabkan tidak adanya goal dan rencana belajar yang jelas. Digital marketing mencakup area yang sangat luas: SEO, content marketing, social media, email, ads, dan sebagainya. Tanpa fokus, pemula bisa terbebani mencoba mempelajari semuanya sekaligus.

Alhasil, bukannya mahir, justru bingung karena terlalu banyak info. Ini ibarat menyetir tanpa peta – kamu bisa berputar-putar tanpa sampai tujuan. Maka, penting sejak awal menetapkan tujuan: apakah ingin ahli SEO? Spesialis iklan digital? atau menjadi generalis? Tentukan terlebih dahulu, lalu susun rencana belajar yang realistis.

Bagi waktu untuk tiap topik dan evaluasi progres secara berkala. Dengan target dan roadmap yang jelas, kamu bisa belajar lebih terarah dan termotivasi.

  1. Terlalu Mengejar Tren dan Jalan Pintas Instan – Dunia digital marketing bergerak cepat dengan berbagai buzz baru setiap saat. Namun, pemula yang terobsesi mencoba setiap tren terbaru atau “hack” instan justru rentan gagal paham.

Misalnya, tergiur ikut metode spam tertentu demi hasil kilat, atau buru-buru hadir di semua platform media sosial tanpa pertimbangan. Taktik black-hat seperti membeli followers atau menyelipkan kata kunci secara berlebihan (keyword stuffing) mungkin memberi dampak sekejap, tapi jangka panjang merugikan reputasi dan efektivitas.

Terlalu fokus pada trik instan juga membuatmu lalai membangun fondasi strategi yang solid. Sebaiknya, bersikaplah kritis terhadap tren: update pengetahuan dan teknologi terbaru itu perlu, namun utamakan prinsip pemasaran yang fundamental.

Kuasai strategi jangka panjang seperti konten berkualitas, SEO yang benar, dan engagement audiens yang asli. Tren baru boleh diadopsi sebagai pelengkap strategi, bukan menjadi tulang punggung satu-satunya. Dengan mindset yang seimbang antara adaptif dan strategis, kamu tak akan mudah teralihkan oleh hype sesaat.

  1. Belajar Sendirian, Tanpa Mentor atau Jaringan – Terakhir, banyak yang gagal berkembang karena memilih berjalan sendiri tanpa bimbingan. Belajar otodidak memang mungkin, tapi tanpa mentor atau komunitas, kamu rentan melakukan trial-and-error berulang kali dan kehilangan motivasi saat menemui jalan buntu. Padahal, dukungan dari mentor berpengalaman bisa mempercepat proses belajar dengan mengarahkan pada praktik terbaik dan mengoreksi kesalahan sejak dini. Begitu pula, memiliki jaringan komunitas sesama pembelajar atau profesional digital marketing akan sangat menguntungkan.

Dengan networking yang baik, kamu bisa bertukar insight, mendapat update tren terbaru, atau bahkan mendapatkan peluang kolaborasi dan pekerjaan. Melewatkan aspek ini adalah kerugian besar. Solusinya, jangan ragu mencari mentor atau bergabung dengan komunitas. Ikuti webinar, forum online, atau acara meet-up digital marketing.

Bertanyalah kepada ahli di LinkedIn atau media sosial – banyak profesional yang senang berbagi ilmu. Intinya, belajar bersama itu jauh lebih efektif daripada belajar sendirian. Dukungan mentor dan jaringan tidak hanya membantu meningkatkan skill, tapi juga menjaga semangatmu untuk terus maju.

Cara Agar Sukses Belajar Digital Marketing

Setelah mengenali kesalahan-kesalahan di atas, tentu kita ingin tahu bagaimana cara belajar digital marketing dengan benar agar berhasil. Kuncinya sebenarnya sederhana: hindari melakukan kesalahan tersebut dan terapkan kebiasaan belajar yang positif. Mulailah dari fundamental pemasaran sebelum mendalami taktik digital spesifik.

Biasakan mengambil keputusan berbasis data – ukur setiap usaha marketing dan pelajari polanya. Lalu, susunlah rencana belajar terstruktur dengan sumber tepercaya; misalnya ikuti modul atau kursus langkah demi langkah alih-alih loncat-loncat topik. Pastikan kamu rutin mempraktikkan ilmu yang didapat dalam proyek nyata, sekecil apapun skalanya.

Selain itu, perluas wawasan dengan bergabung di komunitas dan jangan sungkan mencari mentor yang bisa membimbing. Terakhir, jaga pandangan jangka panjang: bangun strategi yang kokoh alih-alih tergoda hasil instan semata. Dengan menerapkan semua prinsip ini, peluangmu untuk sukses akan jauh lebih besar.

Salah satu cara efektif yang mencakup semua pendekatan di atas adalah mengikuti program pelatihan intensif (bootcamp) digital marketing yang kredibel. Sebagai contoh, Bootcamp Digital Marketing Purwadhika bisa menjadi solusi premium untuk belajar secara terarah dan mendalam.

Purwadhika merupakan institusi pendidikan teknologi digital terkemuka yang telah berpengalaman lebih dari 35 tahun (sejak 1987) dan diakui kredibilitasnya. Lembaga ini bahkan dipercaya sebagai pionir yang berhasil menyalurkan lebih dari 30.000 talenta digital ke 1.000+ perusahaan rekanan di berbagai industri, baik di dalam maupun luar negeri.

Kurikulum bootcamp dirancang komprehensif dan selalu update sesuai tren terbaru, mencakup semua aspek penting dari fundamental bisnis, strategi konten, SEO, pemasaran media sosial, digital ads, hingga analitik data. Peserta dibimbing oleh mentor praktisi industri berpengalaman, dan langsung mempraktikkan ilmu melalui proyek nyata sehingga lulusannya benar-benar siap terjun sebagai profesional.

Hasilnya, kualitas lulusannya sangat teruji – 80% alumni Bootcamp Digital Marketing Purwadhika berhasil meraih pekerjaan di bidang ini dengan rata-rata gaji Rp84 juta per tahun. Ini membuktikan bahwa pembelajaran yang terstruktur dan didampingi ahli bisa mempercepat karier digital marketing secara signifikan.

Pada akhirnya, investasi waktu dan usaha untuk belajar dengan cara yang benar akan terbayar. Jika kamu ingin menghindari kegagalan dalam belajar digital marketing dan segera menguasai skill ini, mempertimbangkan program pelatihan profesional bisa menjadi langkah terbaik.

Bootcamp Digital Marketing seperti yang ditawarkan Purwadhika menyediakan ekosistem belajar lengkap: materi berkualitas, mentor ahli, komunitas suportif, dan dukungan karier jangka panjang.

Dengan bimbingan yang tepat, kamu dapat menguasai digital marketing dari nol hingga mahir hanya dalam hitungan bulan, lalu melangkah percaya diri sebagai digital marketer profesional. Jadi, apakah kamu siap bertransformasi? Mulai perjalanan sukses belajar digital marketing-mu sekarang, dan raih karier impian di era digital bersama program terbaik seperti Purwadhika!


bagikan


wa-button