Natalia Elizabeth
∙04 February 2025
Google, sebagai mesin pencari dominan selama dua dekade terakhir, kini menghadapi tantangan serius. Dalam beberapa tahun terakhir, perilaku pencarian informasi di kalangan generasi muda, khususnya Gen Z sebagai pengguna media sosial yang paling aktif, menunjukkan pergeseran yang signifikan.
Media sosial seperti TikTok dan Instagram kini mulai menggantikan Google sebagai alat utama pencarian informasi. Fenomena ini mencerminkan perubahan cara pengguna internet dalam mencari, mengakses, mengkonsumsi, dan memanfaatkan informasi di era digital.
Anak muda Generasi Z lebih memilih media sosial untuk mencari informasi karena menawarkan konten audio-visual yang menarik seperti video singkat, gambar atau infografis yang lebih mudah dipahami dan sesuai dengan kebutuhan pengguna modern dibandingkan teks panjang di Google.
Selain itu, algoritma media sosial dirancang untuk memberikan informasi dengan cepat sesuai dengan preferensi dan apa yang pengguna cari sehingga mereka dapat menemukan jawaban dengan instan tanpa harus memilah-milah hasil pencarian.
Ketakutan akan ketinggalan tren terbaru (FOMO) juga menjadi alasan utama mereka lebih sering mencari informasi langsung di media sosial, tempat tren biasanya berkembang.
Interaksi langsung melalui komentar atau pesan langsung memungkinkan diskusi real-time yang tidak selalu tersedia di Google. Penyajian informasi secara singkat dan langsung ke inti sangat sesuai dengan gaya hidup anak muda yang serba cepat.
Mereka juga lebih mempercayai rekomendasi dan ulasan konten yang dihasilkan oleh sesama pengguna, komunitas online, KOL atau influencer karena dianggap lebih otentik dibandingkan hasil pencarian Google yang sering didominasi oleh iklan atau konten komersial.
Media sosial tidak hanya menjadi sumber informasi tetapi juga tempat untuk hiburan dan interaksi sosial, menjadikannya platform yang lebih menarik bagi Generasi Z untuk mendapatkan pengalaman yang menyeluruh.
Berdasarkan survei online yang dilakukan Populix pada Februari 2024, 76.2% responden atau 2,253 orang mengatakan mereka pernah mencari sesuatu melalui kolom pencarian di media sosial.
89.7% responden atau 2,552 orang mengatakan bahwa hasil pencarian yang mereka temukan relevan dengan apa yang mereka cari atau sesuai dengan harapan mereka. Data tersebut dapat menggambarkan jika media sosial mulai berhasil menyaingi Google sebagai mesin pencarian.
Ditambah dari data yang dihimpun sejak tahun 2016 hingga 2023 oleh GWI, sebanyak 51% gen Z menggunakan media sosial untuk mencari informasi, sedangkan hanya 45% yang menggunakan mesin pencari seperti Google. Media sosial unggul 6% dibanding mesin pencari pada tahun 2023 sebagai alat yang dipakai untuk mencari informasi.
Generasi muda telah membawa perubahan dan menunjukkan bahwa media sosial adalah masa depan pencarian informasi. Kini, tantangannya adalah bagaimana semua pihak dapat beradaptasi dengan perubahan ini?
Google masih digunakan untuk beberapa generasi dan kebutuhan, Google masih menjadi alat pencari utama untuk informasi yang lebih formal dan mendalam seperti riset akademik, berita terkini atau penelusuran informasi.
Generasi yang lebih tua, termasuk Gen X dan milenial, masih mengandalkan Google karena dianggap lebih kredibel untuk konten berbasis data.
Google harus menghadapi tekanan untuk beradaptasi dengan preferensi pengguna yang terus berubah dan berinovasi guna mempertahankan dominasinya.
Mengembangkan fitur audio-visual yang lebih canggih untuk menarik perhatian pengguna muda dan berkolaborasi dengan platform lain mungkin bisa menjadi cara bagi Google untuk mempertahankan eksistensinya di masa depan.
Dari kasus ini, menunjukkan bahwa Google harus menghadirkan pengalaman yang lebih interaktif untuk bersaing di era digital yang semakin cepat berubah.
Perubahan ini memaksa Google untuk mempertimbangkan cara-cara baru untuk menghadirkan pengalaman pencarian yang lebih menarik.
Perubahan pola ini memiliki efek besar bagi perusahaan dan pemasaran digital. Hal itu tentunya tidak akan dilewatkan oleh para pelaku bisnis. Adanya perubahan kebiasaan ini pun bisa menjadi cara untuk memanfaatkan media sosial sebagai sarana promosi dan komunikasi untuk menarik pelanggan.
Kenapa? Karena adanya unsur virality yang membuat brand, produk atau jasa mereka dapat meningkat pesat dalam waktu singkat. Pebisnis kini harus memperhatikan kehadiran brand di media sosial sebagai bagian dari strategi pemasaran digital.
Dengan mayoritas Gen Z lebih memilih media sosial, kehadiran aktif di platform seperti TikTok dan Instagram bisa menjadi kunci untuk menarik perhatian audiens muda.
Selain itu, pebisnis juga harus mengoptimalkan strategi pencarian mereka di platform selain Google. Penggunaan caption, hashtag, konten yang informatif dan menghibur, kolaborasi dengan influencer, melibatkan audiens melalui interaksi yang lebih personal, seperti melalui pesan langsung dan konten interaktif juga penting dilakukan untuk menjangkau audiens yang lebih luas.
Dengan strategi pemasaran yang tepat, brand dapat menjawab pertanyaan dan memberikan nilai lebih kepada audiens mereka. Melihat kecenderungan ini, jelas bahwa media sosial tidak hanya menjadi tempat untuk bersosialisasi, tetapi juga sebagai sumber utama informasi dan keputusan pembelian suatu produk bagi generasi muda.
Sumber:
bagikan
ARTIKEL TERKAIT
Hi!👋
Kamu bisa menghubungi kami via WhatsApp