Lidya
∙15 April 2025
Dunia profesional atau kerja saat ini lebih banyak didominasi oleh generasi Z. Faktor terbesar hal ini terjadi karena persyaratan usia yang menjadi standar perusahaan adalah maksimal 25-30 tahun. Ini berarti memang generasi Z, yaitu mereka dengan tahun kelahiran 1995 - 2010, adalah yang paling diutamakan dengan persyaratan tersebut. Lalu, bagaimana dengan generasi Y atau sering disebut milenial, mereka dengan tahun kelahiran 1980-1994, menghadapi kenyataan seperti itu? Bagaimana caranya agar para generasi milenial juga dapat mengisi posisi di dunia pekerjaan? Bahkan bisa bersaing dengan para generasi Z di masa yang memang sangat mengutamakan mereka?
Sebenarnya, dunia pekerjaan pada kenyataannya lebih banyak menyukai kinerja seorang generasi milenial dibandingkan generasi Z. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia (Bappenas) menyebut bahwa generasi Z banyak dipecat dari pekerjaannya. Hal ini berkaitan dengan soft skill yang masih kurang.
Generasi Z memang lebih unggul dalam hard skill yaitu keterampilan teknis yang dapat dipelajari dan diukur. Tetapi soft skill memegang peran penting dalam dunia pekerjaan. Dinilai dari segi pengalaman hidup maupun bekerja, generasi milenial lebih unggul dalam soft skill. Bukan berarti mereka kurang dalam hard skill. Tekad yang kuat untuk bertahan hidup yang dimiliki oleh generasi milenial membuat mereka lebih cepat dalam mempelajari hard skill, meskipun hal tersebut adalah hal baru untuk mereka pelajari.
Generasi milenial sebagian besar sudah berkeluarga, memiliki pasangan bahkan anak untuk dipenuhi kebutuhannya. Ditambah dengan persaingan pekerjaan yang sulit di masa emas generasi z, membuat mereka akan berusaha lebih keras untuk memiliki hard skill apapun yang dibutuhkan untuk bertahan di sebuah pekerjaan ataupun yang dibutuhkan oleh pasar kerja. Soft skill sangat berbeda dengan hard skill. Soft skill sering dikategorikan 5C : Critical Thinking, Communication, Collaboration, Creativity and Character. Dapat disimpulkan bahwa soft skills adalah kemampuan seseorang dalam berpikir kritis, berkomunikasi, bekerja sama dan kreatifitas, serta memiliki karakter yang baik. Hal ini bukan sesuatu yang dapat dipelajari maupun diukur, tetapi yang dimiliki seseorang berdasarkan pengalamannya dalam mengelola emosi dan memperlakukan orang lain. Keunggulan inilah yang menjadi modal besar bagi generasi milenial agar bisa terus bertahan di dunia pekerjaan meskipun berada dalam era emas generasi Z.
Bukan berarti karena generasi Z kurang dalam soft skill membuat mereka tidak memilikinya sama sekali. Ada dua soft skill dari generasi Z yang dapat dicontoh oleh generasi milenial:
Generasi Z memiliki kepercayaan diri yang sangat tinggi. Hal ini mungkin dikarenakan generasi Z sedang berada di era emas mereka. Jarang terlihat generasi Z “demam panggung” saat tampil di depan orang banyak, menarik diri dari keramaian, atau tidak berani menjawab saat diberi pertanyaan. Bahkan tidak jarang mereka lebih berani mengemukakan pendapat dan lebih kritis. Pengaruh perkembangan teknologi dan digital dimana memungkinkan mereka lebih mudah mendapatkan informasi serta berhubungan dengan orang lain dengan latar belakang berbeda, membuat mereka terbiasa berani dalam bersosialisasi. Ini perlu dicontoh oleh generasi milenial yang selama ini terbiasa lebih banyak berpikir hanya untuk berpendapat atau sekedar memberikan jawaban.
Kepercayaan diri yang dimiliki oleh generasi Z berkaitan dengan kemampuan mereka dalam beradaptasi di lingkungan yang baru. Mereka tidak jarang mengalahkan pendahulunya para generasi milenial yang kebanyakan menarik diri dan menyendiri saat dipertemukan dengan lingkungan, komunitas dan orang baru. Generasi Z tidak segan dalam merangkul orang yang baru dikenal, mudah menjadikan mereka teman atau hanya sekedar untuk diajak intens berkomunikasi. Penting sekali untuk generasi milenial mengasah soft skill ini jika mau bertahan di dunia pekerjaan di era emas generasi Z atau bahkan bersaing dengan mereka.
Hal terakhir yang harus dilakukan generasi milenial adalah terus meningkatkan soft skill yang dimiliki untuk dapat bertahan di era emas generasi Z. Beberapa soft skill yang menjadi kelebihan generasi milenial di antaranya:
Generasi milenial terampil dalam berkomunikasi. Komunikasi dalam hal ini tidak hanya berbicara tentang kemampuan dalam berbicara saja, tetapi juga tentang menjadi pendengar yang baik, kemampuan negosiasi, komunikasi nonverbal atau menulis dengan bahasa yang baik dan benar, serta empati atau kemampuan komunikasi yang baik dengan mengetahui bagaimana harus berbicara dengan orang lain dalam situasi atau suasana yang berbeda.
Ketiga hal ini berkaitan satu sama lain. Kreatifitas yang dimaksud yaitu kemampuan berinovasi dan belajar hal baru membuat mereka menjadi berpikir kritis sebelum mengambil tindakan, mereka akan lebih banyak mengambil waktu untuk memikirkan tentang untung-rugi atas segala sesuatu, baik perkataan maupun tindakan. Istilah yang biasa digunakan sebelum melakukan sesuatu adalah memikirkan segala kemungkinan terburuk yang akan terjadi sehingga hal ini menjadikan mereka seolah-olah mempunyai jawaban atas segala masalah yang akan terjadi dan memiliki kemampuan untuk menyelesaikannya.
Di era sekarang, tidak ada yang meragukan etos kerja generasi milenial. Etos kerja dapat dilihat dari integritas, tanggung jawab atas kewajiban, manajemen waktu, kegigihan dan motivasi dalam bekerja. Seperti pembahasan di awal artikel, sebagian besar mereka memiliki tanggung jawab besar yang harus dipenuhi baik dalam hal kebutuhan bertahan hidup maupun memenuhi kebutuhan keluarganya (istri & anak). Inilah yang membuat etos kerja generasi milenial jauh lebih baik, mereka akan bertekad sekuat tenaga untuk sekedar bertahan di pekerjaannya atau mendapatkan kenaikan jabatan dan pendapatan. Hal ini beriringan dengan kemampuan mereka dalam mengarahkan dan menginspirasi orang lain serta menggerakkan orang lain mencapai tujuan bersama dengan hasil yang terbaik.
bagikan
ARTIKEL TERKAIT