Purwadhika
∙21 April 2025
Di era digital yang semakin maju, teknologi kecerdasan buatan (AI) telah merambah ke berbagai bidang, termasuk seni visual. Generasi gambar AI memungkinkan siapa saja untuk menciptakan karya visual hanya dengan memasukkan deskripsi teks. Namun, seiring dengan kemudahan ini, muncul berbagai pertanyaan etis yang perlu kita cermati.
Generasi gambar AI adalah proses pembuatan gambar digital menggunakan model AI yang dilatih dengan dataset besar berisi karya seni, foto, dan ilustrasi. Contoh platform yang menyediakan layanan ini antara lain Midjourney, DALL·E, dan Stable Diffusion. Pengguna dapat menghasilkan gambar dengan hanya memberikan prompt teks, seperti "pemandangan matahari terbenam di pantai dengan nuansa futuristik."
Salah satu isu utama adalah penggunaan karya seniman tanpa izin untuk melatih model AI. Misalnya, beberapa seniman menggugat perusahaan AI karena menggunakan karya mereka tanpa kompensasi atau pengakuan. Kasus seperti ini menyoroti pentingnya menghormati hak cipta dan hak moral seniman.
Model AI dapat menghasilkan gambar yang memperkuat stereotip atau bias, seperti menggambarkan kelompok tertentu secara tidak akurat atau diskriminatif. Hal ini bisa memperburuk ketidaksetaraan dan misrepresentasi dalam media visual.
Proses pelatihan model AI memerlukan sumber daya komputasi yang besar, yang berkontribusi pada konsumsi energi dan emisi karbon. Penggunaan AI dalam skala besar dapat memperburuk perubahan iklim jika tidak diimbangi dengan upaya efisiensi energi.
Etika dalam generasi gambar AI penting untuk memastikan bahwa teknologi ini digunakan secara adil, transparan, dan bertanggung jawab. Tanpa pertimbangan etis, kita berisiko memperburuk ketidaksetaraan, merugikan seniman, dan merusak integritas budaya visual kita.
Pilih platform AI yang memiliki kebijakan jelas mengenai penggunaan data dan hak cipta. Pastikan mereka tidak melatih model menggunakan karya tanpa izin dari pemiliknya.
Menghasilkan gambar dalam gaya seniman tertentu tanpa izin dapat dianggap sebagai pelanggaran hak cipta. Lebih baik fokus pada deskripsi unik yang tidak meniru gaya spesifik.
Pastikan gambar yang dihasilkan tidak memperkuat stereotip atau bias negatif terhadap kelompok tertentu. Gunakan prompt yang inklusif dan representatif.
Gunakan teknologi AI secara efisien untuk meminimalkan konsumsi energi. Pertimbangkan untuk menggunakan model yang lebih ringan atau menjalankan proses pelatihan di sumber daya yang ramah lingkungan.
Jika menggunakan karya yang dihasilkan AI sebagai bagian dari proyek kreatif, berikan pengakuan yang layak kepada model dan platform yang digunakan. Transparansi ini penting untuk menghormati kontribusi teknologi dalam proses kreatif.
Generasi gambar AI menawarkan peluang besar dalam dunia seni dan desain. Namun, kita perlu menggunakannya dengan bijak dan etis. Dengan mempertimbangkan hak cipta, representasi yang adil, dan dampak lingkungan, kita dapat memastikan bahwa teknologi ini memperkaya kreativitas manusia tanpa merugikan pihak lain.
Yuk kita manfaatkan potensi AI untuk menciptakan karya yang inovatif dan bermakna, sambil tetap menjaga nilai-nilai etika yang mendasari seni dan kreativitas. Kalo kamu penasaran tentang etika penggunaan Ai dalam desain, kamu bisa ikut School of Design dari Purwadhika, tidak hanya belajar tentang etika Ai pada design, tapi bakal diajari juga desain secara fundamental. Penasaran kan? Yuk klik disini untuk informasi selengkapnya!
bagikan
ARTIKEL TERKAIT